Rumah panggung yang berbahan baku kayu berdiri kokoh dan menyimpan banyak cerita dari turun temurun. Cerita yang dimulai pada tahun 1818 dimana kala itu masyarakat mulai mengembalakan kerbau dan beternak di area yang cukup luas dengan pemandangan alam yang indah dan menakjubkan.
Desa Winowanga yang berada di Kecamatan Lore Timur Kabupaten Poso,Sulawesi Tengah yang memilik area peternakan dan kandang kerbau yang dikelola oleh masyarakat desa bersama dewa adat terus melalukan pembenahan di peternakan dan berupaya menjadikan tempat itu sebagai salah satu tujuan wisata yang memiliki keunikan tersendiri.
Dipeternakan adat Winowanga ada kerbau yang memiliki keunikan lain yakni tanduk menjulang ke bawah atau dalam bahasa daerah Napu disebut tanduk Ntolu Nou. Ada juga yang memiliki kepala berwarna belang-belang yang jika dijual harganya bisa mencapai Rp50 juta per ekor.
Lebih unik lagi jika Anda meneriakkan kerbau atau sapi di peternakan itu dengan panggilan ‘Bureee’ seperti panggilan yang dilakukan Alpius Rangka, kepala Desa (kades) Winowanga, dan tak berapa lama dari kejauhan terlihat ratusan sapi berlari menuju bukit tempat kami rombongan visit media festival lembah Lore dan Kades Winowanga berdiri.
Sapi-sapi itu langsung berebut garam yang ada ditangan peserta visit media tanpa ada sedikitpun reaksi takut dengan orang asing. Hari itu, Sabtu (21/9/2019) pukul 11.00 Wita, matahari begitu terik menyinari padang di peternakan adat, namun hadirnya ratusan sapi tak menyurutkan semangat rombongan visit media.
“Kalau sudah dipanggil Bure artinya akan diberikan garam. Sapi-sapi dipeternakan adat sebagian besar sudah jinak sehingga pengunjung bisa lebih mudah untuk ikut memberikan garam langsung dari tangan. Tak perlu takut, sapi-sapi ini tak akan menyakiti manusia,” kata Alpinus.
Ada ratusan ternak sapi yang dipelihara di peternakan adat desa Winowanga. Bukan hanya Sapi, namun ada juga Kerbau dan kuda yang jumlah belum dapat dipastikan karena masih ada ternak yang hidup liar di peternakan.
Bukan hanya keindahan alam yang disuguhkan di lokasi peternakan adat, tapi wisata edukasi tersedia di lokasi itu. Setiap wisatawan bisa melihat langsung kerbau, sapi dan kuda, serta bisa menyaksikan proses pemeliharaan mulai dari pengembalaan hingga pemberian pakan. Wisatawan bisa belajar sejarah dan adat yang ada di lembah Lore.
Kepala Desa Winowanga, Alpius mengatakan, populasi kerbau yang ada di lembah Napu mulai mendekati kepunahan. Sebab populasi kerbau yang tersisa hanya ada di peternakan adat Winowanga, sementara di wilayah lain sudah tidak lagi terlihat.
Menurutnya, faktor utama mulai punahnya populasi kerbau di lembah Napu karena kurangnya bibit jantan. Dari ratusan tarnak kerbau yang ada dipeternakan, hanya ada Sembilan ekor kerbau jantan. Tidak sedikit ternak kerbau yang terpaksa dijual untuk kebutuhan ekonomi masyarakat. Bahkan ada beberapa kerbau yang mati karena terjatuh di jurang.
Alpius berharap pemerintah memberikan perhatian dalam pengelolaan peternakan adat di Winowanga, karena peternakan bisa dijadikan destinasi wisata yang menjanjikan selain wisata megalit di wilayah kabupaten Poso.
Masyarakat dan dewan adat Winowangan kata Alpinus berharap bantuan dari pemerintah berupa bibit sapi jantan dan juga untuk pembangunan pagar di sekitar peternakan untuk keselamatan ternak.