Dataran Tinggi Kulawi Kabupaten Sigi juga ada sosok perempuan bernama Marthina Todoni, semua aktivitasnya juga banyak bergelut dalam menjaga dan melindungi sumberdaya alam yang ada di wilayahnya agar selalu terjaga sekalipun wilayahnya yang indah itu sebagian porak-poranda tergerus bencana gempa dan banjir akan tetapi tidak menyurutkan semangat Tina untuk terus berbuat menyelamatkan penghidupan di wilayah tempat ia dilahirkan dan dibesarkan.
Marthina Todoni yang dilahirkan di Mataue pada 22 Desember 1985 selalu terlibat dalam gerakan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat dengan mendampingi kelompok-kelompok perempuan desa dampingannya. Keterlibatannya dalam kegiatan kebudayaan dan adat istiadat serta menjadi bagian kelompok seni telah membawanya bertemu banyak pihak yang juga getol memperjuangkan lingkungan dan adat melalui seni.
Thina demikian sapaan akrabnya, tak heran kalau ia mahir dalam berkesenian menarikan tarian adat dan nyanyian. Thina merupakan ketua sanggar seni Polana Mataue yang dalam setiap pelaksanaan dan perayaan adat kerab hadir dalam momentum tersebut.
Selain berkiprah di dunia seni, Thina juga aktif di salah satu lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di lingkungan dan pemberdayaan masyarakat serta mendorong peran-peran perempuan dalam pengelolaan penghidupan berkelanjutan di lanskap lariang di Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah.
Ia menyampaikan perempuan salah satu kelompok penerima dampak terbesar jika bicara menyangkut lingkungan dan pemanfaatan sumberdaya alam mengingat perempuan memiliki peran berbeda dari laki-laki dalam mengelola lahan pertanian, tanaman pangan dan air untuk penggunaan bersifat kerumahtanggaan.
“Pengalaman perempuan dalam mengelola wilayahnya cukup menjadi sumber pengetahuan dan keahlian didalam pengelolaan lingkungan hidup sebagai sumber-sumber penghidupan mereka selama ini”Ujar Thina.
Thina menjelaskan peran perempuan dalam pemenuhan kebutuhan pangan di desa mereka, perempuan pergi ke hutan dan memanfaatkan lahan yang mereka sebut dengan Pampa yang dikerjakan secara bersama-sama oleh perempuan di desa. Selain itu perempuan juga memanfaatkan apa yang ada dihutan untuk membuat kerajinan yang bersumber dari tanaman pandan bahkan kulit kayu untuk diolah menjadi kain kulit kayu sebagai salah satu cara memperoleh penghasilan.
Produk-produk hasil hutan bukan kayu merupakan produk yang ramah lingkungan dan berkelanjutan yang kini mulai di produksi oleh kelompok-kelompok perempuan dan mencoba untuk memperoleh pasar sebagai salah satu produk yang dapat mengurangi penggunaan plastik”Mari kita memulai menggunakan produk ramah lingkungan dan bisa memanfaatkan atau membeli produk kelompok-kelompok perempuan baik berupa anyaman pandan maupun rotan atau produk ramah lingkungan lainnya”Pinta Thina.